TENTANG FAKULTAS SASTRA

Berdiri atas prakarsa Yayasan Fakultas-Fakultas Nusa Tenggara, yang diketahui oleh Letkol Minggoe dan Wakil Ketua I, Gubernur Sunda Kecil, Teuku Mochamad Daoedsjah.  Yayasan ini bekerja sama dengan orang-orang yang mempunyai keahlian khusus dalam bidang ilmu sastra, seperti Dr. R. Goris, Dr. Ida Bagus Mantra dan I Gusti Ketut Ranuh.  Orang-orang ini, selain mempersiapkan hal yang berkenaan dengan segi fisik, bergerak juga sebagai penghubung, untuk mendapatkan orang-orang yang akan dijadikan dosen (tenaga pengajar), terutama orang yang akan dijadikan pimpinan pada fakultas yang akan dibentuk.  Orang yang berhasil  dihubungi, yang akan dijadikan pimpinan adalah Prof. Dr. Poerbatjaraka, yang kala itu menjadi Dekan di Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada.  Tenaga-tenaga pengajar yang berhasil dihubungi, terutama tenaga-tenaga yang telah bergelar doktor dan telah memperoleh nama internasional karena prestasi ilmiahnya pada waktu itu, adalah (1) Prof. Dr. Poerbatjaraka, (2) Dr. R. Goris, (3) Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, dan (4) Prof. Dr. Swami Ajarananda.
Setelah rampungnya segala persiapan maka ditetapkanlah hari pembukaannya, yaitu pada tanggal 29 September 1958.  Nama yang diberikan adalah Fakultas Sastra Udayana. Namun rencana nama semula adalah Udayana Fakultas Sastra dan Budaya.  Kata Budaya kemudian dihilangkan atas anjuran Prof. Dr. Prijono, karena dengan kata Sastra saja sudah terkandung arti Budaya.  Jadi, istilah sastra mengandung arti yang sangat luas.
Pada awal berdirinya (September – Desember 1958), Fakultas Sastra Udayana diasuh oleh Yayasan Fakultas-Fakultas Nusa Tenggara, namun mulai tanggal 1 Januari 1959 secara resmi menjadi bagian Universitas Airlangga.  Sejak saat itu Fakultas Sastra Udayana namanya berubah menjadi Fakultas Sastra hingga sekarang.
Saat ini, Fakultas Sastra Universitas Udayana semakin menunjukkan jati dirinya sebagai fakultas sastra dan ilmu-ilmu budaya sebagaimana terrefleksi dari tampilan bangunan lobinya yang syarat dengan nuansa filosofis yang menjadi landasan filosifis peri kehidupan masyarakat Bali. Dengan terpampangnya hiasan yang bertemakan pemutaran mandara giri pada hiasan gelung kuri di bangian depan bangunan lobi, dengan tegaknya patung Dewi Saraswati di ruang lobi tersebut, dan dengan terpasang secara anggun dua buah prasasti pendirian fakultas tercinta ini diharapkan semua ini dapat menjadi sumber inspirasi yang semakin mantap menuju keberhasilan yang semakin gemilang, yaitu keberhasilan karena ada kemauan yang kuat untuk memahami kesinambungan masa lampau dengan masa sekarang menuju masa depan yang makin cerah.


Sejarah Universitas Udayana

Universitas Udayana secara sah berdiri pada tanggal 17 Agustus 1962 dan merupakan perguruan tinggi tertua di daerah propinsi Bali. Tetapi sebelumnya, sejak tanggal 29 September 1958 di Bali sudah berdiri sebuah fakultas yang bernama Fakultas Sastra Udayana sebagai cabang dari Universitas Airlangga Surabaya.
Fakultas Sastra Udayana yang merupakan embrio dari Universitas Udayana secara resmi diakui sebagai bagian Universitas Airlangga sejak 1 Januari 1959. Peresmian Fakultas Sastra Udayana mempunyai arti yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan Universitas Udayana.
Pada awal tahun 1960-an masyarakat Bali mengidam-idamkan adanya sebuah Perguruan Tinggi di daerah ini. Untuk mewujudkan keinginan masyarakat tersebut maka pada tanggal 12 Mei 1961 diadakanlah pertemuan di antara tokoh-tokoh pendidikan, para pejabat daerah dan pemuka masyarakat. Pertemuan ini dipimpin oleh Prof. Dr. Purbatjaraka yang dibantu oleh seorang sekretaris yaitu Prof. Dr. Ida Bagus Mantra.
Dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama formatur ini sudah dapat membentuk sebuah badan yang diberi nama Badan Perguruan Tinggi Daerah Bali yang diketuai oleh Ir. Ida Bagus Oka, (Koordinator Dinas Pekerjaan Umum Nusa Tenggara), Wakil Ketua Dr. I Gusti Ngurah Gede Ngurah dan dibantu oleh dua orang sekretaris yaitu Prof. Dr. Ida Bagus Mantra dan Drh. G. N. Teken Temadja, dilengkapi oleh Pelindung, Pengawas, Penasehat, Bandahara dan beberapa orang anggota. 
Badan Perguruan Tinggi Daerah Bali ini berhasil membentuk Panitia Persiapan Universitas Udayana Bali yang kemudian disyahkan dengan Surat Keputusan Menteri PTIP No. 4 tahun 1962, tanggal 15 Januari 1962. Adapun susunan personalia Panitia Persiapan Pendirian Universitas Udayana adalah sebagai berikut:
Penasehat  : Kol. Supardi, Panglima Kodam XVI Udayana
Ketua  : Anak Agung Bagus Sutedja, Gubernur Kepala Daerah Bali
Ketua I  : Letkol. Suroso, Komandan Korem Bali
Ketua II  : Drs. R. Siswadji, Kepala Komisaris Daerah Bali
Ketua III  : Mr. Poerwanto, Jaksa Tinggi Daerah Bali
Sekretaris  : Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, Pj. Ketua Fakultas Sastra Udayana
Anggota  : dr. Anak Agung Made Jelantik

   Drh. I Made Geria

   I Made Mendra

   I Nyoman Tirta

   I Gusti Bagus Sugriwa

   Ny. Gedong Bagus Oka

   Tjilik

   I Ketut Mandra
Panitia persiapan ini kemudian menjajagi hal-hal yang berhubungan dengan pendirian Universitas Udayana. Salah satu syarat yang ditetapkan oleh departemen PTIP untuk pendirian universitas pada waktu itu adalah harus memiliki empat fakultas, yang terdiri dari dua fakultas eksakta dan dua fakultas non eksakta. Berdasarkan potensi dan kemampuan yang ada serta kebutuhan masyarakat Bali dan Nusa Tenggara pada saat itu maka Panitia Persiapan merencanakan membuka empat fakultas yaitu:
  1. Fakultas Sastra
  2. Fakultas Kedokteran
  3. Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan
  4. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

1 komentar:

  1. min,, itu diketahuinya bukan'a yg bener diketuai oleh letkol minggoe ya?

    BalasHapus