CINTAKU JAUH DI PULAU
Chairil Anwar
Cintaku
jauh di pulau
Gadis
manis, sekarang iseng sendiri
Perahu
melancar, bulan memancar
di
leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin
membantu, laut terang, tapi terasa
aku
tidak ‘kan sampai padanya
Di
air yang tenang, di angin mendayu
di
perasaan penghabisan segala melaju
Ajal
bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan
perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi!
Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu
yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa
Ajal memanggil dulu
Sebelum
sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku
jauh di pulau,
kalau
‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
PADA SUATU HARI NANTI
Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono
pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau takkan kurelakan sendiri
pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati
pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau takkan letih-letihnya kucari
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau takkan kurelakan sendiri
pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati
pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau takkan letih-letihnya kucari
Puisi Karya Asrul Sani
ORANG DALAM PERAHU
Hendak ke mana angin buritan ini
membawa daku
sedang laut tawar tiada mau tahu
dan bintang, tiada
pemberi pedoman tentu
Ada perempuan di sisiku
sambil tersenyum
bermain-main air biru
memandang kepada panji-panji
di puncak tiang buritan
dan berkata
"Ada burung camar di jauhan!”
Cahaya bersama aku
Permainan mata di tepi langit
akan hilang sekejap waktu
Aku berada di bumi luas,
Laut lepas
Aku lepas
Hendak ke mana angin buritan
membawa daku
Hendak ke mana angin buritan ini
membawa daku
sedang laut tawar tiada mau tahu
dan bintang, tiada
pemberi pedoman tentu
Ada perempuan di sisiku
sambil tersenyum
bermain-main air biru
memandang kepada panji-panji
di puncak tiang buritan
dan berkata
"Ada burung camar di jauhan!”
Cahaya bersama aku
Permainan mata di tepi langit
akan hilang sekejap waktu
Aku berada di bumi luas,
Laut lepas
Aku lepas
Hendak ke mana angin buritan
membawa daku
Taufik Ismail
BENDERA
Mereka yang berpakaian hitam
Telah berhenti di depan sebuah rumah
Yang mengibarkan bendera duka
Dan masuk dengan paksa
Telah berhenti di depan sebuah rumah
Yang mengibarkan bendera duka
Dan masuk dengan paksa
Mereka yang berpakaian hitam
Telah menurunkan bendera itu
Di hadapan seorang ibu yang tua
”Tidak ada pahlawan meninggal dunia!”
Telah menurunkan bendera itu
Di hadapan seorang ibu yang tua
”Tidak ada pahlawan meninggal dunia!”
Mereka yang berpakaian hitam
Dengan hati yang kelam
Telah meninggalkan rumah itu
Tergesa-gesa
Dengan hati yang kelam
Telah meninggalkan rumah itu
Tergesa-gesa
Kemudian ibu tua itu
Perlahan menaikkan kembali
Bendera yang duka
Ke tiang yang duka
Perlahan menaikkan kembali
Bendera yang duka
Ke tiang yang duka
(1966)
Chairil
Anwar
DOA
kepada
pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
0 komentar:
Posting Komentar